Menengok Ketandan, Kampung Tua di Antara Gedung Pencakar Langit

Diunggah pada Rabu, 16 Januari 2019

Kampung Ketandan merupakan salah satu kampung tertua yang ada di kota Surabaya. Ciri khas yang terdapat di kampung ini adanya makam yang terlihat cukup tua dan kuno yaitu Makam Mbah Buyut Tondo, Masjid An-Nur dan Joglo Cak Markeso.

Wujud makam yang terbilang sangat sederhana serta terdapat tumbuhan pohon beringin yang sangat tua berada di sebelah makam Mbah Buyut Tondo. Sebutan buyut untuk makam ini, karena makam ini sudah ada jauh sebelum kampung Ketandan menjadi seperti sekarang ini dan menjadi buyut untuk kampung tersebut.

Kemudian Masjid An-Nur dengan arsitektur jengki khas Surabaya menghiasi masjid An-Nur. Bangunan Masjid dihiasi dengan pilar-pilar yang besar sesuai dengan ciri khas bangunan saat itu. Jendela yang bentuknya besar dan terdapat teralis yang terbuat dari besi dengan diameter yang cukup besar. Tertulis di atas pintu masjid ini dibangun pada tahun 1915 hingga tahun 1958. Sebelum menjadi Masjid dulunya bangunan ini berbentuk langgar.

Tahun 2016 di Kampung Ketandan terdapat pembangunan ruang publik yaitu Joglo Cak Markeso. Joglo ini dibangun oleh warga melalui kerjasama dengan United Cities Local Governments Asia Pacific (UCLG ASPAC) yang sudah diresmikan oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Ruang publik Joglo Cak Markeso Kampung Ketandan ini didirikan tepat di depan makam Mbah Buyut Tondo. Ruang publik joglo yang berada di tengah permukiman ini menjadi ruang publik yang berfungsi sebagai penyambung rasa bagi warga Ketandan dalam berinteraksi dan berdiskusi tentang segala hal terkait lingkungan tempat tinggalnya serta warisan budaya di daerah tersebut.

Posisi kampung ini berada di antara gedung-gedung di sepanjang Jl. Tunjungan, sehingga tak terlihat jelas. Kampung ini berada di daerah yang terkenal dengan sebutan Segi Empat Mas; yaitu di antara Jl. Tunjungan sebelah Timur, Jl. Embong Malang sebelah Selatan, Jl. Blauran sebelah Barat dan Jl. Praban sebelah Utara. (Pri)